Dunia Baru


“Brrmm…brrmm”. Suara mesin bus selalu terdengar di telingaku, menyusuri pohon pohon rindang yang masih hijau serta rumah yang terlihat tak terawat namun tetap terasa nyaman karena jauh dari pusat kota. Pandanganku terpaku kepada pemandangan yang jarang sekali kulihat di tempat tinggal ku. Masalah ku yang kian membebani, terasa hilang dalam sekejap. Saat itu, aku tengah mengikuti tarbiyah yang diadakan oleh rohis sekolahku. Melalui poster virtual yang tersebar dalam grup social media bertuliskan “Hanya 75 Ribu” membuatku tertarik  untuk mengikuti jalan-jalan 2 hari 1 malam. Bayangkan, siapa yang tidak mau pergi menikmati pemandangan alam include transportasi dan makanan hanya dengan merogoh kocek yang sangat dangkal ?

Sebenarnya, sudah lama aku menjadi anggota dalam rohis sekolah ku ini, namun baru sekarang aku berperan dalam kegiatan-nya untuk menjadi peserta kegiatan. Di dalam bus, ada satu dewasa yang mendampingi rombonganku dalam perjalanan, tujuannya sih agar pembicaraan di dalam bus tetap kondusif dan tidak melenceng dari nilai islam. Jujur, aku sangat terbebani sebelumnya, karena aku tak bisa berbicara sebebas mungkin.
Bang Panji namanya. Lelaki berperawakan tubuh yang lumayan berisi dengan tinggi yang kurang lebih sama sepantaran, dengan jenggot sedikit di wajahnya. Pertama kali aku melihatnya, entah kenapa aku seperti merasa ingin lebih tau dengan dirinya, bukan……bukan karena aku disfungsi seksual. Ada kharisma tersendiri di dalam dirinya yang semakin membuatku ingin tau tentangnya.

“Wah, jadi gitu bang. Abang gapernah pacaran dong ya ? Keren bang. Coba cerita lagi bang cerita” dan suara riuh tersebut membangunkanku dari tidur, tepat 2 bangku di depanku ramai oleh remaja sepantaran diriku mengerubungi seseorang layaknya semut mendatangi tumpahan gula. Ya, betul saja mereka ternyata mengerubungi bang Panji, tak peduli walau guncangan di dalam kendaraan ini cukup mengganggu, namun banyak dari mereka berdiri,jongkok di kursi, menyender ke teman,  bahkan rela berjinjit demi mendengarkan cerita dari beliau. Lantas saja, diriku yang penuh ingin tahu ini mendatangi beliau. Ternyata, beliau menceritakan bagaimana kisah cinta-nya di SMA.

Cocok sekali dengan masalah yang sedang menimpa diriku. Pemuda bodoh yang dulu percaya bahwa cinta sebelum menikah memang ada. Bang Panji bercerita dengan ciri khas-nya, menggunakan ekspresi yang sangat membuat kita semakin tertarik akan kelanjutan ceritanya. Cerita beliau yang menemani kita sampai ke tempat tujuan.

“Acara apaan ya ini ? Kepo banget gua” “Ngapain aja sih?” dan perkataan lainnya dari diriku karena sangat penasaran saat sudah sampai di tempat tujuan. Acara demi acara aku lewati, peraturan tiap kegiatan selalu saja ditegaskan oleh pembawa acara yang dipimpin oleh alumni rohis. Setiap sudah selesai acara demi acara, semakin membuatku penasaran. Ya…..ternyata ini yang kucari. Aku penasaran akan islam. Aku haus akan pengetahuan tentang agamaku. Di tempat ini, aku mulai sadar bahwa aku bukanlah seorang muslim yang dekat dari kata “mukmin atau “muhsin” aku mulai sadar bahwa semakin banyak yang tidak kuketahui tentang agama ini. Bagaimana bisa, seorang Lukman yang sudah dari kecil dikenalkan akan islam, bisa tidak kenal islam ?

Disini aku disadarkan, bahwa islam bukanlah agama yang dipelajari dan dibaca. Disini, aku belajar bahwa islam bukan agama yang menjadi identitas dalam ijazah atau tanda pengenal. Disini aku disadarkan bahwa islam merupakan jalan hidup, islam adalah agama yang mengatur kita dalam segala hal. Dunia SMP ku membuat diriku tidak teratur kehidupannya. Banyak masalah melanda, dan aku tak tau bagaimana menghadapinya. Alhamdulillah, Allah telah memberiku fasilitas awal yaitu acara tarbiyah ini. Sehingga aku mengenal islam yang sebenarnya.

Sepulang dari acara tersebut. Aku mendapatkan kelompok ngaji yang bernama “Halaqah” dan tentu saja, bang Panji ternyata adalah mentor ku di dalama kelompok ini. Dalam perjalanan ke rumah, aku semakin bersemangat. Aku merasa ada yang berubah dari diriku, dan harus kusebarkan ke banyak orang, ke banyak lingkungan. Ya, aku merasa hidayah Allah datang kepadaku melalui acara ini. Dunia baru ku, sekarang baru akan dimulai. Jalan ku, baru akan dimulai. Jalan para Anbiyya, para salafush shalih, tabiit tabiin, serta para ulama. Ya…..jalan dakwahku dimulai dari perjalanan ini.
Inilah jalanku, jalan dimana Yunus Alaihi Salam pernah menyerah dan ditelan paus, jalan dimana Ibrahim dibakar, jalan dimana musa dikhianati, jalan dimana isa disalib, dan jalan diman Muhammad Shalalahu alaihi wassalam dilempari batu, kotoran bahkan dicaci maki. Jalan ini panjang, untunglah kita hanya disuruh mati diatasnya. Maka ya allah, syahidkan aku. Aamiin

30 November 2018, Ditulis di perjalanan dari Bandung  menuju Bekasi

Komentar

  1. Keren banget, terima kasih atas pengalaman yang dituangkan dalam ceritanya🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih telah membaca, semoga dapat mengambil hikmah ya. Silahkan sebar jika dirasa bermanfaat hehe. Temukan aku di @mlukman215(instagram)

Postingan Populer