Kejahatan

 Dadanya sempit

Aliran nafasnya turun naik

Saat itu, seketika ia merasa seluruh dunia tidak berpihak padanya

Ruangan 3*4 menjadi saksi, bahwa dirinya secara tidak sengaja dikhianati


Di lain tempat

Seorang ibu duduk termenung

Bersandar pada kamar 

Memikirkan kembali omongan yang dilontarkan anaknya beberapa saat lalu. Mengapa ia tega melakukan itu ?


Menjadi momen yang paling berharga, saat mengulang waktu tersebut. Bayangkan saja, sebatas ucapan bisa semenyakitkan itu. Kata yang terlontar tanpa pikir panjang, penuh dengan ego yang terus menyambar


Malam-malam itu, menjadi malam yang kelam bagi dirinya. Malam itu, menjadi refleksi kembali bagi dirinya. Malam itu, ia mengutuk dirinya sendiri


Mengapa ia melakukan ini pada yang tersayang ?

Mengapa hal tersebut bisa tersampaikan ?

Mengapa, lisan yang penuh dengan pujian seketika menjadi kebencian ?

Aku, memang perlu banyak belajar. Dunia ini penuh dengan ujian.


Kau tau, apa yang lebih menyakitkan dari disakiti orang tersayang ?

Menyakiti orang yang disayang, secara tak sengaja


Perasaan ini, biarlah ia pelihara terus menerus

Sebagai pengingat, bahwa dirinya memang jahat

Bahwa dirinya penuh alpa

Bahwa dirinya, lagi-lagi harus belajar memperbaiki setiap tindak tanduk pada yang disayang

Bahwa kejahatan, bisa hadir secara tak disengaja. Ia hadir dengan halus, tiba tiba, dan menyakiti yang tercinta 


Rabb, aku salah. Jangan biarkan aku lupa setiap kesalahanku. Hadirkan kembali ia, dalam setiap bangunku, gerak ku, serta tidurku. Agar hal ini, menjadi pembelajaran berharga yang tidak pernah terlupa. 


Rabbana, zhalamna anfusana

Wa illam taghfirlana

Watarhamna, lanakunana minal khaasirin


-Bandung, 21 Oktober. Diatas kasur, setelah kesalahan kembali terulang

Komentar

Postingan Populer