Seperti Bunglon

Seorang muslim hendaknya bersikap seperti bunglon. Ia memahami situasi dan kondisi. Ia memahami lingkungannya, sehingga dimanapun tempatnya, kebaikan masih bisa ia sebarkan.

Jika tak bisa seperti bunglon sebaiknya ia tak gegabah seperti anjing, terus berkoar tak tau situasi dan kondisi, karena dapat menyakiti siapa yang tak sepaham dengannya.

Teringat perkataan guru SMA ku, pak Lili namanya Ah....semoga beliau selalu Allah berkahi....aamiiin

"Setiap kita adalah dai sebelum apapun. Nahnu duat qobla kulli syai'in, maka siapapun kalian sekarang, terus tebar kebaikan"

Sebelum menjadi ini, kita sudah menjadi dai
Sebelum menjadi itu, kita sudah menjadi dai
Tinggal kita yang memilih, dai seperti apakah kita ?

Maka tak bisa disamakan konten di blog dan konten di instagram.
Tak bisa disamakan bahasa di dekat teman ngaji, dengan bahasa di teman perkuliahan. 
Adabnya, tiap muslim menghargai lingkungannya, dan tentunya menjadi pelajaran untukku sendiri.

Mereka yang membaca blog ini, sudah memahami bahwa apa yang ingin kusampaikan disini hal yang "sedikit lebih serius" dibandingan sosial media yang lain. Tentunya atas izin Allah, aku masih menginginkan indahnya islam yang kusebarkan. 

hufftt.... lagi lagi karena rahmat-Nya aku masih bisa terlihat baik.....

Tiap kita punya frekuensi, tiap kita punya fasilitas, tiap kita punya kemampuan.
Satu pesan yang kutitipkan, terus menebar kebaikan dimanapun, kapan pun, bagaimanapun dan apapun peranmu.....


Rasulullah shollallĂ´hu ‘alaihi wasallam bersabda: 
”Barang siapa diantaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya. Dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (H.R. Muslim)



Bandung, 22 April 2020


Komentar

Postingan Populer