Pola pikir legging, sempit.




"Hanya ada dua pilihan: menjadi apatis atau mengikuti arus. Tapi, aku memilih untuk jadi manusia merdeka." -Gie
Banyak dari kita menggunakan kutipan dari tokoh ternama untuk melengkapi status kita, atau bahkan sekedar copas media sosial. Tujuannya, ya agar terlihat lebih hebat karena menggunakan perkataan orang hebat.

Berapa banyak orang tersebut yang bahkan tidak kita kenal ? Atau bahkan, tidak dikenalkan orang tua kita ? 

Banyak ga sih ?

Padahal, sedari kecil kita kerap kali dikenalkan kepada kutipan-kutipan yang bahkan bukan hanya keren, namun senantiasa menjadi acuan kita.Bahkan orang yang mengatakannya pun lebih dari keren.

Kutipan tersebut bernama hadits. Yang mengatakannya bernama Rasulullah Shalalahu Alaihi Wasalam.

Banyak dari kita yang merasa bahwa "Hadits hanya untuk urusan agama" jika bicara tentang gaya hidup, sebaiknya gunakan kutipan dari tokoh terkenal.

Tetot.....bukankah ini termasuk sekuler yang paling rendah ?

Pembungkusan argumen yang sudah salah, membuat pola pikir kita menjadi sekuler tanpa kita ketahui.

Yang kita tahu, Rasul hanyalah pembawa risalah agama. Padahal, lebih dari itu, rasul merupakan pemimpin visioner peradaban di masanya, melebihi Bung Karno.
Yang kita tahu, Rasul hanyalah penyampai wahyu (Mungkin kurang keren bagi masyarakat jaman sekarang) padahal lebih dari itu, rasul merupakan influencer terkemuka, melebihi Atta Halilintar.

Yang kita tahu, yang kita tahu, yang kita tahu.....Rasul hanyalah seorang tokoh di bidang agama. Padahal lebih dari itu, Rasul merupakan tokoh agama, perdagangan, negara, masyarakat, keilmuan dan lain lain.

Pola pikir kita kerap kali dibenturkan pada masalah-masalah yang sepele. Disaat kita berbicara kepemimpinan, berapa banyak dari kita yang terpikir Rasul di benaknya ?
Disaat kita berbicara pebisnis handal, berapa banyak dari kita yang terpikir Rasul di benaknya ?

Karena benak rasul, hanya akan muncul saat kita belajar agama....bukan belajar tentang kepemimpinan, peradaban, bisnis atau bahkan saat kita tidak belajar pun, benak rasul tidak akan muncul....karena yang kita tahu Rasul hanyalah tokoh agama.

Tidak ada di buku sejarah manapun manusia yang sanggup memimpin kemenangan pada perang dengan hanya 300 orang, kecuali Rasul.
Tidak ada di buku sejarah manapun manusia yang sanggup menjadi kepala negara, kepala keluarga, kepala peperangan, kepala pengadilan, diplomat, sekaligus seorang guru, kecuali Rasul.
Tidak ada di buku sejarah manapun manusia yang sanggup mengubah padang pasir tandus, menjadi pusat peradaban, kecuali Rasul.

Terlalu sempit pemikiran kita terhadap Rasul kita....lalu sejauh apa kita memaknai rukun iman nomor 4 ?

Ah....wajar betul kalau mudah sekali ummat ini dibawa ke arah sekuler tanpa penggiringan opini, tanpa diberi umpan pun, kita semua sudah terlahap pola sekuler tanpa kita sadari.

Lagi-lagi ini tentang izzah, tentang kemuliaan, tentang kebanggaan kita menjadi seorang muslim. Terlalu jauh kita berbicara penghalangan sekuler pada lini politik praktis, politik negara, politik internasional, jika dari hal yang kecil saja, kita sudah sekuler.

Jadi....sebelum jauh ke ranah yang lain, biar kutanya....seberapa sekuler kita ?

Cileunyi, 30 Agustus 2020

Komentar

Postingan Populer