Merem, lalu melek. (1)

Setelah Allah tidak lama memberi ku amanah yang cukup menguras tenaga. Beberapa bulan ini, hadirlah amanah baru. Yaps, kembali aku menjadi diamanahkan menjadi pengemban amanah di jalan dakwah ini. Dengan kondisi baru, suasana baru dan segala hal-nya yang baru. Kurasa.....Allah sengaja memberiku beban ini karena diriku hadir sebagai pribadi yang takabbur dalam hatinya.

Kondisi anggota yang heterogen, kembali membuat ku memutar otak kembali.....cara mana yang harus kulakukan....

Amanah ini belum selesai, baru mulai dan akan terus bergulir selama beberapa bulan ke depan. Di titik ini, baru lah kurasakan dimana Tauhiid itu bisa muncul sebagai penolong. Bersandar pada Allah merupakan satu-satunya jalan yang harus kulakukan dengan ikhtiar yang lebih pula.....mastathatum lah intinya mah.

Belum mulai intens memang amanah ini......
"laa hawla wala quwwata illa billah".


Cita-cita ku menjadi mujahid sekarang diuji oleh Allah. Mana mungkin seorang pengemban dakwah menyerah mengemban amanah sekecil ini. Dibandingkan dengan yang rasul lakukan, sahabat lakukan, para dai lakukan, usahaku hanyalah kerikil.

Niat mulai teraduk, bisakah lillah kupertahankan ?
Orang-orang mulai menghilang, bisakah ukhuwah kulakukan ?
Masalah mulai berdatangan, bisakah tawakkal kulaksanakan ?

Yaa muqalibal quluub, tsabit qalbi ala diinik. Ya Allah, kuatkan hati ku untuk teguh diatas agamamu.

Allahuma innaka ta'lamu ana haadzihil quluub, qadij tamaat ala mahabatik. Ya Allah, kubacakan Rabithah untuk para pejuang agamamu. Ya Allah, kuatkan aku dan teman-temanku untuk berjuang di jalan ini.

Jadikan lelah ku, keringat, dan air mata kami menjadi saksi bahwa kami pernah berjuang di jalanmu.

Mungkin dulu aku merem, dengan ini aku kembali melek.

Bismillah, semoga tulisan ini terus berlanjut

Bandung, 31 Januari 2020

Komentar

Postingan Populer