Penuh

Akhir-akhir ini, kerap kali pikiranku penuh dengan hal-hal yang datang dan pergi begitu saja. Proses adaptasi sepertinya, adaptasi terhadap kondisi yang belum biasa kuhadapi. Beberapa waktu belakangan ini, kerap kali allah memberikan banyak hikmah atas kejadian yang mudah, dan susah. Mudah untuk mengambil hikmah, dan juga susah untuk mengambil hikmah. Kejadian demi kejadian yang kerap kali hadir membuatku mengucap syukur alhamdulillah, dan tak jarang kejadian yang membuatku mengucap "ya rabb, astaghfirullah. Bantu aku"

Ohya, per hari ini aku sepertinya ingin bebas berekspresi di tempat ini. Tempat paling nyaman untuk berkeluh kesan, instead of using x, lets use blog for memoar and lesson learned that i've got haha. Semua, bebas mengaksesnya dan semoga ada yang bisa diambil dari tulisan-tulisan random disini.


Mari runut satu persatu. Tahun ini, merupakan tahun yang baru untukku. Tahun dimana aku menginjakkan kaki sebagai seorang professional, dan kenyataan yang kerap kali menamparku ialah "Semakin kamu dewasa, semakin kamu kehilangan orang untuk berbicara" haha, fakta yang menyedihkan. Kali ini, setiap orang fokus pada urusannya masing-masing. Lagipula, hei siapa yang rela untuk menghabiskan waktunya untuk dirimu ? kita, bukan pusat dunia dan tidak ada hak atas mereka untuk membersamai kita di setiap waktunya. Toh, kalaupun kamu sekarang bersosialisasi......bukankah harus atas dasar "Sama-sama untung" sekarang ? Yah, namanya juga konsekuensi atas mencari rezeki. Silaturahmi yang berujung pada rezeki memang kerap kali menggiurkan, namun kerap kali energi yang biasanya digunakan untuk haha-hihi sekarang ditutupi oleh topeng-topeng kepentingan.


Tapi, mari anggap hal tersebut sebagai adaptasi saja. Sepertinya, memang aku yang belum mengambil hikmah atas hal ini.


Hal lainnya ialah, semenjak dua tahun lalu aku sedang mengikhtiarkan seseorang dan per tahun ini, aku memilih untuk angkat kaki. Bukan karena tidak mau, namun karena tidak kunjung mendapatkan jawaban, kemana hal ini akan bermuara ? Dalam pikirku, semakin kau mengejar maka semakin sulit kau melepasnya, daripada kita bertahan atas ketidakpastian dan mendapat jawaban tidak mengenakkan, lebih baik tau diri dan mundur sekarang. Selain itu, kurasa semua cara sudah kulakukan bukan ? Tahap mana lagi yang harus kutempuh untuk mendapat "Restu" dari dirimu (?) Selain itu, masih ada satu pertanyaan juga yang mengganjal terhadap diri sendiri "akankah aku kembali lagi?" Menjadi beban pikiran, karena menentukan respons yang baik terhadap kondisi sekarang. Complicated, bukan lagi complex.

Yah, bergalau ria memang jalanku. Namun, hal ini termasuk pencapaian dalam hidupku yaitu ditolak oleh seseorang (secara halus tentunya)


Selain itu, "kemana aku akan melangkah selanjutnya ?" menjadi salah satu beban yang memenuhi pikiranku. Menjadi seseorang yang kerap kali memikirkan banyak hal merupakan sebuah beban, terlebih jika itu berhubungan dengan masa depan. Kemana aku harus melangkah, kemana hidup ini akan membawaku, akankah baik atau buruk, apakah sesuai dengan rencana. Hal-hal yang menjadi hak allah, kerap kali kupertanyakan. Niat diri ingin "mempersiapkan" malah jadi "beban pikiran"


Disamping itu, aku mensyukuri banyak hal juga akhir-akhir ini. Kesempatan berjejaring, mengambil hikmah, bertumbuh, resiliensi, not take it personally, dan bersyukur secara penuh atas segala hal yang terjadi juga kerap kali membuatku tenang atas hal-hal yang membuatku resah. Kau tau ? Allah akan membersamai kesulitan dengan berbagai kemudahan.


Satu hal yang paling kusyukuri dari semuanya adalah, allah masih menyayangiku. Terbukti dari bagaimana ia menjagaku dalam segala sholat wajib dan amalan sunnah yang masih mau kukerjakan, jika bukan karena-Nya, mungkin aku akan berhenti dan pergi untuk bersenang-senang di fase "menuju dewasa" ini


Atas segala keluh kesahku, aku mengucap Alhamdulillah ya Rabb. Terimakasih telah membersamaiku di susah dan senangku. Semoga, kita berjumpa dengan indah di Firdausnya nanti. 


-Bumi Harapan-Cibiru Hilir, 23 Mei 2024



Komentar

Postingan Populer