Belajar dari Allah

 Hari ini aku belajar, bahwa manusia benar-benar selemah itu. Ia adalah makhluk yang rentan. Sehebat apapun perencanaan, tetap Allah yang menentukan. Sehebat apapun perencanaan, jika Allah turun tangan, semua bisa hilang atau menjadi gemilang. Berapa bagian yang manusia miliki dalam penentuan hasil ? Satu ? Sepuluh ? Atau berapa persen ? Aku pun tak tau. 


Akhir tahun 2022, aku merencanakan banyak hal untuk tahun-tahun kedepan. Tabungan yang sudah disiapkan sedari tahun 2019 kusempurnakan manajemennya, dengan segala perencanaan pemasukan. Alhamdulillah, Allah benar-benar pemberi rezeki terbaik. Entah darimana hadirnya, aku pun bingung.....banyak rezeki yang tidak disangka-sangka hadir. Sehingga dari situ muncul satu statement dari diriku


"Ya Allah, sudah 22 tahun aku hidup dan engkau tak pernah menyia-nyiakanku"


Syukur sebesar-besarnya. Target tabunganku hampir terpenuhi. Dengan segala kesibukan asrama, aku masih diberikan rezeki untuk mengambil banyak peran diluar sana....atas izin Allah.


Hingga aku muncul di pertengahan tahun 2023. Allah menguji iman dan keyakinanku terhadap dirinya. Tahun yang seharusnya menjadi pelengkap dari perencanaan ku sebelumnya, malah memberikan yang sebaliknya.


Entah bagaimana, tiba-tiba semua yang kurencanakan keluar kendali. Tabungan yang kukumpulkan dengan susah payah, dengan mudahnya hilang begitu saja. Berapa tahun perjuanganku dari kuliah hingga sekarang, semua ludes begitu saja. Mulai dari perbaikan, hingga beberapa pengeluaran yang tidak kusangka-sangka muncul ......tabunganku pun..

.hilang nominal. Qaadarullah


Jujur, sedih....namun mau bagaimana lagi ?

Sembari melihat motor yang diperbaiki, aku senantiasa merenung


"Ya Allah.....inikah ujian keimanan ? Seberapa yakin aku terhadapmu ? Pantaskah aku kecewa?"


Ya, keraguan akan rezeki tiba-tiba muncul begitu hal-hal yang diluar kendali ku hadir. Padahal, tahun lalu aku begitu mudahnya bersyukur.


"Begitukah manusia ? Saat diberi nikmat bersyukur, dan diberi musibah ia ragu atas tuhannya ?"


Seketika aku berpikir sejenak. Manusia bagaimanakah aku ? Seorang muslim yang belajar ? Atau muslim yang mudah mengeluh ?


Kemarin, dengan mudahnya mengucap Alhamdulillah karena Allah juga dengan mudahnya memberi rezeki.


Sekarang, pantaskah aku mengucap "lelah" saat Allah juga dengan mudahnya menahan rezeki ku ?


Benar, ini diluar kendali ku. Tidak Semua perencanaanku berjalan sesuai keinginan. Tapi, seberapa besar perananku dalam hal ini ? 1 persen ? 5 persen ? 10 persen ? Atau 100 persen ?


Nyatanya, aku masih belum tau. Maka, dari situlah aku juga berusaha memahami apa yang kupelajari tentang konsep tawakkal. Segala perencanaan kita harus diikhtiari dengan niat bertawakkal dari awal.


Pena untuk merencanakan ada di tangan kita.....tapi bagaimana keberjalanannya, tentu banyak atas kuasa Allah. Kita, hanya dipaksa untuk terus berikhtiar dan mencari hikmah terbaik.


Ternyata, keimanan itu bukan diuji saat kita sedang bahagia saja. Allah juga menguji keimanan kita saat kondisi susah. Allah menaikan level ujian seiring bertambahnya pula pengetahuan.


"Enak saja, mengaku beriman padahal belum ada ujian atas dirimu sendiri.....man"


Allah......aku rela. Engkau tuhanku. Semua terserah padamu. Taoi tolong, tuhanku. Hanya kepadamu bergantungku..... jangan biarkan ada satu manusiapun yang membuatku bergantung padanya. Penuhi kebutuhanku, bantu perencanaan ku, berikan keberkahan atasnya.....agar aku hanya bergantung padaMu dan tak ada celah untuk bergantung kepada selainMu.


Dua hal yang kudapati dari kejadian ini


Satu, Allah sebaik-baiknya penentu keputusan. Sebaik-baiknya penentu hidup kita. Maka, segala perencanaan yang kita berikan padanya, akan ia terima dengan segala campur tangan sehingga kita lebih baik kedepannya.


Dua, apa yang kita pelajari, apa yang kita sampaikan, apa yang kita yakini, akan Allah uji kepada kita. Mana rela Allah ada makhluknya yang munafik ? Maka ia menguji apa yang telah kita pelajari, sehingga kita semakin yakin padaNya.



"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 214)


-Bandung Barat, 16 Juni 2022

Komentar

Posting Komentar

Terimakasih telah membaca, semoga dapat mengambil hikmah ya. Silahkan sebar jika dirasa bermanfaat hehe. Temukan aku di @mlukman215(instagram)

Postingan Populer