Hingga Allah Memanggil
Namaku Anton, siswa kelas 11 di Sekolah Menengah ternama
metropolitan. Setiap pekannya, aku melakukan kegiatan ngaji bersama teman
sebayaku yang dibimbing oleh seorang mentor yang biasa kami panggil “Bang Dodi”
Kegiatan ngaji kami sudah berlangsung selama kurang lebih
satu setengah tahun, banyak materi Bang Dodi yang selalu menyangkut pautkan
antara kehidupan dunia dan juga akhirat. Bagi kami, seorang siswa, tentu saja
hal tersebut sangatlah berkesan , karena tiap kami selesai dari majelis ilmu
selalu menambah semangat kami dalam bersekolah dengan jujur dan mengharap
ridho-Nya.
Hingga pada satu waktu, kami berkumpul di tempat yang dan
waktu yang sama yaitu sore hari di selasar masjid sekolah untuk mengaji, lalu
muncul pesan whatsapp¬ dari Bang Dodi.
“Afwan Anton, abang agak telat setengah jam ya. Karena
qadarullah dipanggil pimpinan untuk menyelesaikan satu tugas dadakan dan ada
urusan di DKM dekat rumah”
Kuteruskan saja info tersebut kepada kawan sekelompok ku,
hingga Rudi, salah satu temanku bertanya
“Gaes, btw kalian pada nyadar gak sih ? Kenapa bang Dodi
masih mau ya ngurusin kita, padahal setiap harinya beliau tu kerja, terus ngisi
kajian di DKM, belum lagi beliau ada keluarga juga. Kalau dipikir-pikir, padet
juga ya kegiatan beliau…..tapi masih mau nyempetin untuk kumpul bareng kita
disini”.
Seketika, omongan dari Rudi membuat kami terbingung bingung…
“Iya juga ya, apa kira-kira tujuan bang Dodi masih mau
nemenin kita ngaji ya. Padahal kan, bisa aja berenti gitu lho dari salah satu
kegiatan…minta tolong digantikan sama yang lain” sahut Beno
“Hemm….iya juga ya….saran gua. Mending nanti kita tanya aja
ke beliau ya. Setuju ? Kali aja nanti kita dapet hikmah darisana”
“Setuju!” semua orang serentak menjawab
Tak lama, bang Dodi datang dengan masih menggunakan setelan
kerja, rambut yang masih basah karena wudhu, dan aroma parfumnya yang khas.
Walau terlihat lesu, namun wajahnya masih mampu mengeluarkan senyum yang ikhlas.
Kami langsung melingkar satu sama lain, mempersiapkan posisi
terbaik.
“Afwan temen temen, ana tadi ada urusan. Alhamdulillah tadi
masih sempet berkabar ke kalian ya. Kalau gitu kita mulai aja langsung
majelisnya, silahkan Anton bisa dipimpin majelisnya”
Pengajian dimulai, saat itu bang Dodi membawakan materi
tentang “Ikhlas dalam beramal”
Hingga sampai pada sesi tanya jawab. Kuputuskan untuk
bertanya pada bang Dodi.
“Bang mau nanya. Gak cape apa bang ? Hampir setiap hari
kerja? Ngurus DKM di deket masjid, keluarga juga masih perlu diurus….eh tiap
akhir pekan harus ngurusin kita disini juga. Hehe "
Bang Dodi tersenyum, lalu menjawab
"Alhamdulillah,
capek sih iya....tapi apa guna hidup kalau bukan diisi untuk kebermanfaatan ?
Toh, saya senang ngelakuinnya"
deg aku langsung terdiam beberapa waktu,
"Terus bang, sampe kapan kira-kira abang bakal
ngelakuin hal yang sama ini ? Ngisi
majelis dimanapun itu, padahal abang sibuk kerja dan ngurus keluarga” Rudi
bertanya, memecah keheningan
“InsyaAllah, hingga Allah memanggil” beliau akhiri jawaban
tersebut dengan tersenyum
Seketika, semua orang tertunduk…..memikirkan makna dari
perkataan tersebut.
Sore itu, tanya jawab diakhiri dengan jawaban bang Dodi yang
singkat dan menyadarkan kami. Tidak perlu penjelasan ulang, namun maknanya
sangat mendalam.
Banyak hikmah yang bisa kuambil dari pertemuan sore itu. Dua
jawaban telak, dari seorang mentor yang mau berlelah-ria karena urusan akhirat.
Bahwa hidup ini bukan diciptakan untuk bermanfaat bagi
sesama, mental melayani yang tinggi dari seorang muslim sangatlah diperlukan.
Karena lagi-lagi, kita hanya disuruh bermanfaat hingga akhir usia, bukan hingga
akhir dunia.
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).
______________________________
Bandung 16 November 2020
Ditulis untuk kebutuhan konten Fosma Foundation
I'm blogwalking to here
BalasHapusKeep spread the kindness ya!